An Impulsive Neophyte

Wednesday, January 11, 2006

di syifa budi aja ta' dinda... (part 1)

assalamualaikum wr wb,

seperti iklan pasta gigi (atau shampoo menthol?), ada sensasi sejuk dari ied adha kali ini.

alhamdulillah, saya diperkenankan pulang ke dusun minyak yang mulai berdandan, 1 1/2 jam dari ibukota sumatera selatan. dusun yang walau penuh debu dan anjing liar tapi selalu terasa cantik. tanah sumatera memang istimewa, seperti daerah2 lainnya tentunya! (hey, saya belum pernah tahu cantiknya kota sala, gresik, atau tasikmalaya kan, sahabat2 :)).

kepulangan kali ini berkonsekuensi dikorbankannya 2 hari dari cuti ngantor yang nggak seberapa itu, dimulai dengan petualangan (bayangkan berangkat ke batam dengan kepastian bahwa tiket sudah habis tuntas dipesan orang, sedangkan tiket saya sendiri tidak jelas apakah akan sampai di tangan... pokoknya pasrah aja deh waktu itu. panjang ceritanya, kalau ada yg tertarik dengerin hubungin langsung nona adinda). tapi toh Dia izinkan saya untuk lewatkan hari suci di kampung halaman, hanya syukur yang terucap.

menyenangkan sekali di sana, kehidupan yang berbeda. malam2 di sana sejuk sekali karena hujan yang sopan tidak datang siang hari, hanya malam hari. kami juga berkesempatan main ke kebun karet milik tante yang jadi guru SD (dia punya pohon rambutan dan palawija di depan rumahnya, juga serombongan angsa), bertemu kawanan monyet putih, suasana yang orang2 singapura pasti iri karena tidak dapat ditemui di sini :) di perjalanan, kami sempat bertemu seorang uwak (kakek2) bertelanjang dada yang sedang berjongkok mengumpulkan batu. ketika kami sapa, sambil menyengir lebar dia berkata batu2 itu untuk mengetapel monyet2, sekedar membuat mereka kapok datang ke kebunnya. bukankah sebuah kepuasan yg sederhana, ketika ia berhasil mengetapel 1 monyet, 2 monyet, dan seterusnya? lalu kepuasan sederhana itu akan tergarisbawahi ketika hasil kebunnya baik, dan mencukupi keperluannya sehari2? cukup. cukup itu. :)

------------bersambung. mohon doa dan supportnya yah saudaraku2 :)

2 Comments:

  • At Wednesday, January 11, 2006 11:15:00 PM, Blogger anginmerahjambu said…

    oh iya, dalam semantik dusun saya, "berdandan" itu bukan seperti di bahasa indonesia lho. di sana berdandan adalah siap2. trus kita juga biasa untuk bicara yg untuk orang2 keraton pulau tetangga mungkin terdengar agak kasar karena teriak2. jadi misalnya si yai (kakek) teriak2 "oiii dindaaa... berdandanlah oii..." itu maksudnya sekedar mengingatkan si dindin untuk siap2 (misalnya jalan2..), jangan leyeh2 sambil makan ciki terus... sekian sekilas info antar budaya ;)

     
  • At Saturday, January 14, 2006 7:29:00 AM, Blogger anginmerahjambu said…

    syifa budi? ini insya Allah dijelaskan di posting berikutnya. Makanya... semangatin si dinda biar nulis lagi! Hehe. ichsan tau tuh mungkin :D

     

Post a Comment

<< Home