An Impulsive Neophyte

Friday, February 17, 2006

dari zaman beliau mengeluarkan kaset lagu2 anak bilingual islami... saya suka dengan ibu satu ini :) dibaca dan kasih pesan2 ya...


-----------------------------
Aku Ingin Anak Lekakiku Menirumu
Neno Warisman : Ijinkan Aku Bertutur

Ketika lahir, anak lelakiku gelap benar kulitnya, Lalu kubilang padaayahnya: "Subhanallah, dia benar-benar mirip denganmu ya!" Suamiku menjawab:"Bukankah sesuai keinginanmu? Kau yang bilang kalau anak lelaki inginseperti aku." Aku mengangguk. Suamiku kembali bekerja seperti biasa.

Ketika bayi kecilku berulang tahun pertama, aku mengusulkan perayaannya dengan mengkhatamkan Al Quran di rumah Lalu kubilang pada suamiku: "Supaya ia menjadi penghafal Kitabullah ya,Yah." Suamiku menatap padaku seraya pelanberkata: "Oh ya. Ide bagus itu."

Bayi kami itu, kami beri nama Ahmad, mengikuti panggilan Rasulnya. Tidakberapa lama, ia sudah pandai memanggil-manggil kami berdua: Ammaa. Apppaa. Lalu ia menunjuk pada dirinya seraya berkata: Ammat! Maksudnya ia Ahmad. Kami berdua Sangat bahagia dengan kehadirannya.

Ahmad tumbuh jadi anak cerdas, persis seperti papanya. Pelajaran matematikasederhana sangat mudah dikuasainya. Ah, papanya memang jago matematika. Iakebanggaan keluarganya. Sekarang pun sedang S3 di bidang Matematika.

Ketika Ahmad ulang tahun kelima, kami mengundang keluarga. Berdandan rapikami semua. Tibalah saat Ahmad menjadi bosan dan agak mengesalkan. Tiba-tibaia minta naik ke punggung papanya. Entah apa yang menyebabkan papanya begituberang, mungkin menganggap Ahmad sudah sekolah, sudah terlalu besar untukmain kuda-kudaan, atau lantaran banyak tamu dan ia kelelahan.Badan Ahmad terhempas ditolak papanya, wajahnya merah, tangisnya pecah,Muhammad terluka hatinya di hari ulang tahunnya kelima. Sejak hari itu,Ahamad jadi pendiam. Murung ke sekolah, menyendiri di rumah. Ia tak lagisuka bertanya, dan ia menjadi amat mudah marah.

Aku coba mendekati suamiku, dan menyampaikan alasanku. Ia sedangmenyelesaikan papernya dan tak mau diganggu oleh urusan seremeh itu,katanya.

Tahun demi tahun berlalu. Tak terasa Ahmad telah selesai S1. Pemuda gagah,pandai dan pendiam telah membawakan aku seorang mantu dan seorang cucu.Ketika lahir, cucuku itu, istrinya berseru sambil tertawa-tawa lucu:"Subhanallah! Kulitnya gelap, Mas, persis seperti kulitmu!"Ahmad menoleh dengan kaku, tampak ia tersinggung dan merasa malu. "Salahmu.Kamu yang ingin sendiri, kan. Kalau lelaki ingin seperti aku!"

Di tanganku, terajut ruang dan waktu. Terasa ada yang pedih di hatiku. Adayang mencemaskan aku. Cucuku pulang ke rumah, bulan berlalu.

Kami, nenek dan kakeknya, datang bertamu. Ahmad kecil sedang digendongayahnya. Menangis ia. Tiba-tiba Ahmad anakku menyergah sambil berteriakmenghentak, "Ah, gimana sih, kok nggak dikasih pampers anak ini!" Dengankasar disorongkannya bayi mungil itu.

Suamiku membaca korannya, tak tergerak oleh suasana. Ahmad, papa bayi ini,segera membersihkan dirinya di kamar mandi.

Aku, wanita tua, ruang dan waktu kurajut dalam pedih duka seorang istri danseorang ibu. Aku tak sanggup lagi menahan gelora di dada ini. Pecahlahtangisku serasa sudah berabad aku menyimpannya.

Aku rebut koran di tangan suamiku dan kukatakan padanya: "Dulu kau hempaskanAhmad di lantai itu! Ulang tahun ke lima, kau ingat? Kau tolak ia merangkakdi punggungmu! Dan ketika aku minta kau perbaiki, kau bilang kau sibuksekali. Kau dengar? Kau dengar anakmu tadi? Dia tidak suka dipipisi. Dia asing dengan anaknya sendiri!"

Allahumma Shali ala Muhammad. Allahumma Shalli alaihi wassalaam.Aku ingin anakku menirumu, wahai Nabi. Engkau membopong cucu-cucumu dipunggungmu, engkau bermain berkejaran dengan mereka Engkau bahkan menengokseorang anak yang burung peliharaannya mati. Dan engkau pula yang berkataketika seorang ibu merenggut bayinya dari gendonganmu, "Bekas najis ini bisakuseka, tetapi apakah kau bisa menggantikan saraf halus yang putus dikepalanya?"

Aku memandang suamiku yang terpaku. Aku memandang anakku yang tegak diambagai karang tajam. Kupandangi keduanya, berlinangan air mata. Aku tak bolehberputus asa dari Rahmat-Mu, ya Allah, bukankah begitu?

Lalu kuambil tangan suamiku, meski kaku, kubimbing ia mendekat kepadaAhmad. Kubawa tangannya menyisir kepala anaknya, yang berpuluh tahun takmerasakan sentuhan tangan seorang ayah yang didamba.

Dada Ahmad berguncang menerima belaian. Kukatakan di hadapan mereka berdua,"Lakukanlah ini, permintaan seorang yang akan dijemput ajal yang tak mampumewariskan apa-apa: kecuali Cinta. Lakukanlah, demi setiap anak lelaki yangakan lahir dan menurunkan keturunan demi keturunan. Lakukanlah, untuk sebuahperubahan besar di rumah tangga kita! Juga di permukaan dunia. Tak akan pernah ada perdamaian selama anak laki-laki tak diajarkan rasa kasih dansayang, ucapan kemesraan, sentuhan dan belaian, bukan hanya pelajaran untukmenjadi jantan seperti yang kalian pahami. Kegagahan tanpa perasaan.

Dua laki-laki dewasa mengambang air di mata mereka. Dua laki-laki dewasa danseorang wanita tua terpaku di tempatnya. Memang tak mudah untuk berubah.Tapi harus dimulai. Aku serahkan bayi Ahmad ke pelukan suamiku. Aku bilang:"Tak ada kata terlambat untuk mulai, Sayang."

Dua laki-laki dewasa itu kini belajar kembali. Menggendong bersama,bergantian menggantikan popoknya, pura-pura merancang hari depan si bayisambil tertawa-tawa berdua, membuka kisah-kisah lama mereka yang penuh kabutrahasia, dan menemukan betapa sesungguhnya di antara keduanya Allahmenitipkan perasaan saling membutuhkan yang tak pernah terungkapkan dengan kata, atau sentuhan.

Kini tawa mereka memenuhi rongga dadaku yang sesak oleh bahagia, syukur pada-Mu Ya Allah! Engkaulah penolong satu-satunya ketika semua jalan tampak buntu. Engkaulah cahaya di ujung keputusasaanku.

Tiga laki-laki dalam hidupku aku titipkan mereka di tangan-Mu. Kelak, jiraaku boleh bertemu dengannya, Nabiku, aku ingin sekali berkata: Ya, Nabi.aku telah mencoba sepenuh daya tenaga untuk mengajak mereka semua menirumu!

Amin, alhamdulillah.

--Ada tiga hal yang seandainya ada dalam jiwa kita maka kita akan dibawa melangkah ke jalan kemuliaan dan kemenangan yang telah terjadi pada generasi zaman Rosululloh SAW, yaitu keimanan yang sempurna, cinta dan pengorbanan.--Hasan Al Banna--


2 Comments:

Post a Comment

<< Home