An Impulsive Neophyte

Wednesday, February 22, 2006

masih menjejak tanah

assalamualaikum wr wb

bismillah..

melewati Bishan Community Club, rute yang biasa, menuju lantai 6 blok 192. Seperti biasa, saya sempatkan melempar pandang ke arah ruang serbaguna community club sore tadi jelang maghrib, karena di ruang kaca itu seringkali diadakan berbagai pelatihan yang seru2. aneka beladiri misalnya. untuk saya yang hari paling menakutkan ketika SD - SMP adalah hari yang ada pelajaran olahraga, selalu menakjubkan untuk menyaksikan adik2 kecil atau kakek nenek bergerak dengan lentur dan anggun namun tangguh. gak mungkin deh dinda bisa kayak gitu! ketidaklenturan saya memang sudah pada taraf parah, dan nggak cuma fisik saja yang gak lentur tampaknya :)

tapi hari ini ada sesuatu yg berbeda. bukan taichi. bukan wushu. bukan tae kwon do. hari ini ada ballroom dance! tahu kan sahabat, seorang wanita dan seorang pria berdansa berpasangan, seperti layaknya di film2 eropah. ada yang lain di sana. diantara beberapa pasangan lain, ada satu pasangan yang berbeda, yang wanitanya diberi sedikit keistimewaan. tanpa sepatu berhak tinggi. sebab kakinya tidak disana. tidak menjejak tanah. saya tidak melihat jelas apakah kakinya mengecil atau diamputasi, tapi jelasnya, dia berkursi roda.

dan sahabat, andaikan kamu lihat ekspresi muka wanita itu. wajah yang penuh mimpi, penuh bunga, mungkin hatinya sedang seperti pelangi saat itu. entah apa sebabnya, mungkin ia sedang berdansa bersama lelaki idamannya. Apa pun alasannya, menurut saya ia wanita istimewa. Jika saya menempatkan diri sebagai wanita itu, entah apa yang saya rasa. Ketika musik mulai mengalun, dan suara kaki2 wanita lain mulai terdengar berirama.....


dan yang terdengar dari gerak saya hanyalah decitan roda.

sedangkan wanita itu sahabat, andai engkau lihat raut wajahnya.... membuat saya terpikir, akankah hati ini selapang itu, jikalau saya dihadapkan pada keadaan yang serupa. keserbaadaan dalam keterbatasan.

semoga Allah SWT senantiasa melapangkan dan mengikhlaskan hati kita. semoga syukur tak akan pernah pergi jauhjauh.... dan semoga tidaklah pernah kita menjadi golongan yang merugi karena kesempitan hati.


dengan senyum,

dindapresanti

3 Comments:

Post a Comment

<< Home