An Impulsive Neophyte

Tuesday, February 28, 2006

TAFSIRAN TAUHID DAN SYAHADAT LAA ILAHA ILLA ALLAH

Assalammualaikum wr wb
Belajar lagi yuk! mulai dari yang dasar ya. Jika tauhid bersih pasti masalah bisa diatasi karena kita hanya percaya semua masalah ini adalah ujian dari ALLAH SWT yang pasti mempunyai tujuan baik bagi kita. Sehingga kita ikhlas dan dapat ber-Akhlak baik kepada ALLAH SWT.
Jika ada pertanyaan atau kritik kasih tau langsung ke saya ya dengan baik. Kalau pertanyaan nanti akan saya tanyakan ke Ustadz disini.
Terimakasih
Wassalammualaikum wr wb

Oleh
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Firman Allah Ta'ala:

"Artinya : Orang-orang yang diseru oleh kaum musyrikin itu, mereka sendiri senantiasa berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan mereka, siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepadaNya), dan mereka mengharapkan rahmat-Nya serta takut akan siksa-Nya, sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti." [Al-Isra': 57]"

Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya; Sesungguhnya aku melepaskan diri dari segala apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan menunjukiku (kepada jalan kebenaran)." [Az-Zukhruf: 26-27]"

Artinya : Mereka, menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan (mereka mempertuhankan pula) Al-Masih putera Maryam, padahal mereka itu tiada lain hanyalah diperintahkan untuk beribadah kepada Satu Sembahan, tiada Sembahan yang haq selain Dia. Maha Suci Allah dari perbuatan syirik mereka." [At-Taubah: 31]"

Artinya : Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, yaitu dengan mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah..."[Al-Baqarah: 165]Diriwayatkan dalam Shahih (Muslim), bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:"

Artinya : Barangsiapa mengucapkan Laa ilaha illa Allah dan mengingkari sesembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang hisab (perhitungan)nya adalah terserah kepada Allah 'Azza wa Jalla."

Kandungan dalam tulisan ini:
[1]. Ayat dalam surah Al-Isra'. Diterangkan dalam ayat ini bantahan terhadap kaum musyrikin yang menyeru (meminta) kepada orang-orang shaleh. Maka, ayat ini mengandung sesuatu penjelasan bahwa perbuatan mereka itu syirik akbar.

[2]. Ayat dalam surah Bara'ah (At-Taubah). Diterangkan dalam ayat ini bahwa kaum Ahli Kitab telah menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan diterangkan bahwa mereka tiada lain hanya diperintahkan untuk beribadah kepada Satu Sembahan yaitu Allah. Padahal tafsiran ayat ini, yang jelas dan tidak dipermasalahkan lagi, yaitu mematuhi orang-orang alim dan rahib-rahib dalam tindakan mereka yang bertentangan dengan hukum Allah; dan maksudnya bukanlah kaum Ahli Kitab itu menyembah mereka.Dapat diambil kesimpulan dari ayat ini bahwa tafsiran "Tauhid" dan Syahadat "Laa ilaha illa Allah" yaitu: pemurnian ketaatan kepada Allah, dengan menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya.

[3]. Kata-kata Al-Khalil Ibrahim 'alaihissalam kepada orang-orang kafir: "Sesungguhnya aku melepaskan diri dari apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah menciptakan aku..."Disini beliau mengecualikan Allah dari segala sembahan. Pembebasan diri (dari segala sembahan yang bathil) dan pernyataan setia (kepada Sembahan yang haq, yaitu Allah) adalah tafsiran yang sebenarnya dari syahadat "Laa ilaha illa Allah." Allah Ta'ala berfirman: "Dan Ibrahim menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya, supaya mereka kembali (kepada jalan kebenaran). (Az-Zukhruf: 28)

[4]. Ayat dalam surah Al-Baqarah yang berkenaan dengan orang-orang kafir, yang dikatakan oleh Allah dalam firman-Nya: "Dan mereka tidak akan dapat keluar dari neraka."Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa mereka menyembah tandingan-tandingan selain Allah, yaitu dengan mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai kecintaan yang besar kepada Allah, akan tetapi kecintaan mereka itu belum bisa memasukkan mereka kedalam Islam. Dari ayat dalam surah Al-Baqarah ini dapat diambil kesimpulan bahwa tafsiran "tauhid" dan syahadat "Laa ilaha illa Allah" yaitu: pemurniaan kecintaan kepada Allah yang diiringi dengan rasa rendah diri dan penghambaan hanya kepada-Nya.Lalu bagaimana dengan orang yang mencintai sembahan-nya lebih besar daripada kecintaannya kepada Allah? Kemudian, bagaimana dengan orang yang hanya mencintai sesembahan selain Allah itu saja dan tidak mencintai Allah?

[5]. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Barang siapa mengucapkan Laa ilaha illa Allah dan mengingkari sesembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang hisab (perhitungan)nya adalah terserah kepada Allah 'Azza wa Jalla."Ini adalah termasuk hal terpenting yang menjelaskan pengertian "Laa ilaha illa Allah". Sebab apa yang dijadikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai pelindung darah dan harta bukanlah sekedar mengucapkan kalimat "Laa ilaha illa Allah" itu, bukan pula dengan mengerti makna dan lafadznya, bukan pula dengan mengakui kebenaran kalimat tersebut, bahkan bukan juga tidak meminta kecuali kepada Allah saja, yang tiada sekutu bagi-Nya. Akan tetapi tidaklah haram dan terlindung harta dan darahnya hingga dia menambahkan kepada pengucapan kalimat "Laa ilaha illa Allah" itu pengingkaran kepada segala sembahan selain Allah. Jika dia masih ragu atau bimbang, maka belumlah haram dan terlindung harta dan darahnya.

Sungguh agung dan penting sekali tafsiran "Tauhid" dan syahadat "Laa ilaha illa Allah" yang terkandung dalam hadits ini, sangat jelas keterangan yang dikemukakannya dan sangat meyakinkan argumentasi yang diajukan bagi orang yang menentang.

[Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418H]

Sunday, February 26, 2006

Sekilas Info NTU

assalammualaikum

Ngisi ttg pertandingan kemarin nih. Akhirnya team NTU Indonesia berhasil memetik kemenangan pertamanya dan terakhirnya di IG hehe. Melawan India team Indo menang 6-1. Setelah 2 pertandingan awal kalah 0-3 dari China (untung 0-3, masih lebih baik dari team Senior kita di PSSI yang terakhir kalah 5-1 dari China hehehe). Pertandingan kedua berakhir imbang 1-1 melawan Myanmar, andaikan striker andalan team Indonesia mampu mengeksekusi penalti dengan baik di menit2 akhir pertandingan kita mampu menang 2-1. Tapi sayang striker andalan kita tak mampu menahan pressure yang tinggi walaupun skill beliau mumpuni hehehe (bilang aja lagi apes hehe). Segi postur team Indonesia yang rata2 tingginya 2 meter kurang 50 centi mempunyai skill bagus tapi sayang dalam sepakbola tarkam postur memang menentukan hehe. Yak sekilas info dari NTU (merasa bahagia akhirnya bisa menang)

foot note
[penulis merupakan striker yang gagal itu haha...merasa bersalah ga bisa bawa indonesia ke babak selanjutnya ]

walaikummussalam

Wednesday, February 22, 2006

masih menjejak tanah

assalamualaikum wr wb

bismillah..

melewati Bishan Community Club, rute yang biasa, menuju lantai 6 blok 192. Seperti biasa, saya sempatkan melempar pandang ke arah ruang serbaguna community club sore tadi jelang maghrib, karena di ruang kaca itu seringkali diadakan berbagai pelatihan yang seru2. aneka beladiri misalnya. untuk saya yang hari paling menakutkan ketika SD - SMP adalah hari yang ada pelajaran olahraga, selalu menakjubkan untuk menyaksikan adik2 kecil atau kakek nenek bergerak dengan lentur dan anggun namun tangguh. gak mungkin deh dinda bisa kayak gitu! ketidaklenturan saya memang sudah pada taraf parah, dan nggak cuma fisik saja yang gak lentur tampaknya :)

tapi hari ini ada sesuatu yg berbeda. bukan taichi. bukan wushu. bukan tae kwon do. hari ini ada ballroom dance! tahu kan sahabat, seorang wanita dan seorang pria berdansa berpasangan, seperti layaknya di film2 eropah. ada yang lain di sana. diantara beberapa pasangan lain, ada satu pasangan yang berbeda, yang wanitanya diberi sedikit keistimewaan. tanpa sepatu berhak tinggi. sebab kakinya tidak disana. tidak menjejak tanah. saya tidak melihat jelas apakah kakinya mengecil atau diamputasi, tapi jelasnya, dia berkursi roda.

dan sahabat, andaikan kamu lihat ekspresi muka wanita itu. wajah yang penuh mimpi, penuh bunga, mungkin hatinya sedang seperti pelangi saat itu. entah apa sebabnya, mungkin ia sedang berdansa bersama lelaki idamannya. Apa pun alasannya, menurut saya ia wanita istimewa. Jika saya menempatkan diri sebagai wanita itu, entah apa yang saya rasa. Ketika musik mulai mengalun, dan suara kaki2 wanita lain mulai terdengar berirama.....


dan yang terdengar dari gerak saya hanyalah decitan roda.

sedangkan wanita itu sahabat, andai engkau lihat raut wajahnya.... membuat saya terpikir, akankah hati ini selapang itu, jikalau saya dihadapkan pada keadaan yang serupa. keserbaadaan dalam keterbatasan.

semoga Allah SWT senantiasa melapangkan dan mengikhlaskan hati kita. semoga syukur tak akan pernah pergi jauhjauh.... dan semoga tidaklah pernah kita menjadi golongan yang merugi karena kesempitan hati.


dengan senyum,

dindapresanti

Tuesday, February 21, 2006

baca sahaja

Assalammualaikum warrohmatullah wabarakatuh

mau ngasih tau aja, saya ga akan ngepost2 sesering ini lagi. Postnya by request aja ya =)
nanti saya cari dulu semua bahannya selengkap lengkapnya dan dipelajari dulu. Atau saya beri rekaman kajiannya dan bukunya sahaja atau ikut kajiannya jika mau =). Menghindari syubhat dan debat.

buat mas ainun: mas hmm..lain kali jika ngasih hujjah sangat mohon disertakan hadits shahih dengan sanadnya matannya dan perawi2nya dan sumbernya yang sejelas2nya. Serta qur'an yang bukan ditafsir oleh kita tapi oleh ahli ilmu =)
Jangan menjelek2an ulama mas ainun seperti Al Albani rahimahullah (sudah meninggal beliau) ibnu baz rahimahullah(sudah meninggal beliau) dan muhammad abdul wahab rahimahullah (sudah meninggal beliau). Jika ada berita di mengerti dulu mas apakah benar atau fitnah ya =)
takut menimbulkan syubhat dan pengertian yang salah kepada yang awam.

Hadits riwayat Hakim dengan sanad bersambung kepada Imam syafi'i dalam kitab Tarik Damsyik, karya ibnu 'Asakir (XV/1/3), I'lam Al-Muwaqqi'in (II/363-364), Al-Iqazh hal 100

"Setiap orang harus bermadzhab kepada Rasulullah SAW dan mengikutinya. Apa pun pendapat yang aku katakan atau sesuatu yang aku katakan itu berasal dari Rasulullah SAW tetapi berlawanan dengan pendapatku, apa yang disabdakan Rasulullah itulah yang jadi pendapatku"

Jadi tidak masalah jika al albani meluruskan pendapat imam syafi'i.

terimakasih

ALLOH meridhoi hamba2nya yang shaleh

wassalammualaikum warrohmatulloh wabarakatuh

Monday, February 20, 2006

BERAKHLAK BAIK DAN PENTINGNYA BAGI PENUNTUT ILMU

Assalammualaikum warrohmatulloh wabarakatuh

Islam adalah obat bagi hati yang mati suri
maka titilah dia dengan sangat berhati-hati
disana terdapat kebenaran dan ilmu yang hakiki
yang menuntun kita ke jannah-NYA nanti

Sedikit Kajian sebelum tidur. Ada 4 bagian, mungkin tiap bagian akan saya copy dua hari sekali. Biar bisa di baca dan dimengerti. Saya sangat harap di baca dengan sungguh-sungguh ya =). Maaf Jika kajian ini terlalu panjang.

BERAKHLAK BAIK DAN PENTINGNYA BAGI PENUNTUT ILMU

Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah
Bagian Pertama dari Empat Tulisan 1/4

Wahai saudara-saudara sekalian, (pada) kesempatan baik ini saya akan menyampaikan pembicaraan tentang berakhlak baik. Dan akhlak, sebagaimana dikatakan ulama adalah gambaran batin manusia, karena (pada dasarnya) manusia mempunyai dua bentuk, bentuk luar (yaitu fisik) yang Allah ciptakan badan padanya. Dan sebagaimana kita ketahui bersama bahwa bentuk luar ini ada yang diciptakan dalam bentuk yang indah, dan ada yang diciptakan dalam bentuk yang buruk, dan ada yang diciptakan dalam bentuk diantara keduanya. Dan bentuk batin (demikian juga) ada yang baik dan ada yang buruk, serta ada yang diantara keduanya, dan bentuk batin inilah yang dikatakan sebagai akhlak

Jika demikian halnya, maka yang dinamakan akhlak adalah : “Gambaran batin, dimana manusia berwatak seperti gambaran batin itu”. Dan sebagaimana akhlak itu merupakan suatu tabiat (pemberian Allah), sesungguhnya akhlak baik juga dapat diperoleh dengan berusaha untuk berakhlak baik, artinya bahwa (ada) manusia yang diciptakan Allah dalam keadaan berperangai baik, dan terkadang ada yang memperoleh akhlak baik itu dengan cara berusaha dan memaksa (serta mengalahkan jiwa untuk berakhlak baik) - oleh karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada (sahabat yang bernama) Al Asaj bin Qais :

"Artinya : Sesunggunhya dalam dirimu terdapat dua perangai yang dicintai Allah, yaitu sabar dan tenang, (lalu) Al Asaj bin Qais berkata : Wahai Rasulullah, apakah dua perangai itu aku yang membikin (mengusahakan untuk berakhlak sabar dan tenang) ataukah Allah telah ciptakan keduanya untukku? Beliau bersabda : “Allah menciptakanmu dalam keadaan berakhlak sabar dan tenang

Maka ini adalah dalil bahwa akhlak mulia itu terjadi melalui tabiat (pembawaan asli), dan bisa juga terjadi dari usaha untuk berakhlak mulia. Akan tetapi, akhlak mulia yang lahir dari tabiat, tentu lebih baik dari akhlak mulia yang terjadi dari hasil usaha untuk berakhlak mulia. Karena jika akhlak itu terlahir dari tabiat, ia akan menjadi karakter dan pembawaan bagi manusia yang tidak membutuhkan usaha membiasakan dan melatihnya. Akan tetapi, ini adalah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang tidak diciptakan dalam keadaan berakhlak baik, sesungguhnya ia dapat memperolehnya dari jalan berusaha untuk berakhlak baik itu, dengan cara membiasakan dan memaksa (serta mengalahkan jiwa untuk berakhlak baik) sebagaimana kami akan menyebutkannya insya Allah.

Dan banyak manusia berprasangka bahwa berakhlak baik hanyalah dilakukan dalam bermuamalah dengan makhluk, tanpa bermuamalah dengan Allah. Akan tetapi ini adalah pemahaman yang sempit (dalam memahami makna berakhlak baik), karena sesungguhnya berakhlak baik itu sebagaimana dilakukan dalam bermuamalah dengan mahluk, juga dilakukan dalam bermuamalah dengan Al Khaliq (Sang Pencipta). Maka pembahasan tentang berakhlak baik adalah bermuamalah dengan Allah dan bermuamalah dengan mahluk.

Maka apakah yan dimaksud dengan berakhlak baik dalam bermuamalah dengan Allah ? Berakhlak baik dalam bermuamalah dengan Allah terkumpul dalam tiga perkara :
1. Menerima berita-berita dari Allah (Al Qur'an) dengan membenarkannya.
2. Menerima hukum-hukum Allah dengan cara mengamalkannya.
3. Menerima takdir Allah dengan sabar dan ridha.

Maka dalam tiga hal inilah berkisar sesuatu yang berkenaan dengan berakhlaq baik dengan Allah.
PERTAMA : MENERIMAN BERITA-BERITA DARI ALLAH (AL-QUR'AN) DENGAN MEMBENARKANNYA.

Di mana (artinya adalah) tidak terdapat keraguan dalam diri manusia atau kebimbangan dalam membenarkan berita dari Allah (Al Qur’an) , karena berita dari Allah bersumber dari ilmu yaitu Allah Dzat yang paling benar perkataannya. Sebagaimana firman Allah :
“Artinya : Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan (nya) daripada Allah” [An Nisa : 87]

Dan wajib membenarkan berita dari Allah dengan sikap mempercayainya, membelanya, berjihad dengannya, dimana keraguan dan kebimbangan terhadap Al Qur’an dan hadits tidak memasukinya. Dan jika seseorang menampakkan akhlak seperti ini, maka mungkin baginya untuk menolak setiap subhat (kerancuan) yang dibawa oleh orang-orang yang menentang terhadap Al Hadits, baik itu mereka yang menentang dari kalangan orang muslim yang mengadakan perbuatan bid’ah (perkara yang tidak ada contohnya dari Allah dan Rasul-Nya) atau orang-orang non muslim yang melemparkan subhat dalam hati kaum muslimin. Dan kami beri contoh tentang hal itu :

Tersebut dalam shahih Bukhari sebuah hadits dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

“Jika lalat terjatuh dalam minuman salah seoran dari kalian, maka hendaklah ia benamkan lalat itu kedalam minuman, lalu setelah itu hendaknya ia membuang lalat itu, karena sesunguhnya di dalam salah satu sayapnya terdapat penyakit, dan disayap lainnya terdapat obat” [Bukhari 5782]

Ini adalah berita dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam perkara-perkara yang ghaib, Dan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah mengucapkan dari hawa nafsunya, tetapi yang beliau Shallallahu alaihi wa sallam ucapkan adalah wahyu Allah. (Hal ini) karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam adalah manusia, sedangkan manusia tidak mengetahui hal-hal yang ghaib, bahkan Allah berfirman kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam

"Artinya : Katakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku." [Al An’am : 50]

Berita ini (hadits tentang lalat), wajib bagi kita menerimanya dengan akhak yang baik. Dan berakhlak baik terhadap hadits ini adalah dengan menerimanya serta menetapkan bahwa hadits yang disabdakan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah haq dan benar, walaupun ditentang orang yang menentangnya. Dan kita mengetahui dengan seyakin-yakinnya, bahwa pendapat yang menyelisihi hadits yang benar keshahihannya dari Rasulullah r adalah (pendapat) batil, hal ini karena Allah berfirman :

“Artinya : Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan” [Yunus : 32]

Contoh lainnya :Dari peristiwa hari kiamat, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengabarkan bahwa matahari berada dekat dengan manusia pada hari kiamat seukuran saru mil. Baik itu mil "al-makhalah" (ukuran jaraj) atau mil perjalanan. Jarak ini (antara matahari dan manusia) dekat sekali, tetapi manusia tidak terbakar oleh panasnya, padahal kalau matahari saat ini (didunia) dekat sekali pasti dunia terbakar. Maka terkadang seseorang berkata : “Bagaimana matahari berada dekat kepala-kepala manusia pada hari kiamat sejarak ukuran ini lalu manusia tidak terbakar ? maka dimanakah akhlak yang baik terhadap hadits ini? Berakhlak baik terhadap hadits ini adalah dengan menerima dan membenarkannya, dan hendaknya tidak terdapat dalam hati kita kesempitan, kegalauan dan kebimbangan. Dan hendaknya kita mengetahui bahwa hadits yang diberitakan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang hal ini adalah haq dan tidak mungkin kita mengqiyaskan (menyerupakan) keadaan-keadaan di akhirat berdasarkan keadaan-keadaan didunia, (hal ini) karena adanya perbedaan besar. Maka jika keadaannya demikian, maka seorang yang beriman akan menerima hadits semisal ini dengan lapang dada dan ketenangan, dan pemahaman tentangnya akan bertambah luas, inilah (berakhlak baik) terhadap berita-berita (dalam Al Qur’an dan hadits).

[Disalin dari Majalah Adz-Dzakhirah Al-Islamiyah Th I/No.06/1424/2003]

Sunday, February 19, 2006

PENGERTIAN BID’AH DALAM SEGI BAHASA[1]

Assalammualaikum wr wb
maaf yang awal tertinggal, kesilafan saya. Ini isi yang awal. Mudah2an bisa dimengerti.

PENGERTIAN BID’AH DALAM SEGI BAHASA[1]
OlehMuhammad bin Husain Al-JizaniKata Bada’a dalam bahasa mempunyai dua makna, yaitu :

Pertama
Berarti sesuatu yang diciptakan (diadakan) tanpa ada contoh sebelumnya. Makna ini sebagaimana dalam firman Allah.“Artinya : Katakanlah, “Aku bukanlah rasul pertama diantara para rasul” [Al-Ahqaaf : 10]Makna ini juga terdapat dalam perkataan Umar Radhiyallahu ‘anhu.“Artinya : Sebaik-baiknya bid’ah” [Dikeluarkan oleh Al-Bukhari 4/250 no.2010]

Juga dalam perkataan para imam lainnya seperti Imam Syafi’i, “Bid’ah itu ada dua, bid’ah yang baik dan bid’ah yang tercela, jika sesuai sunnah, maka itu yang baik, tapi kalau bertentangan dengannya, maka itulah yang tercela”

[Dikeluarkan oleh Abu Nuaim dalam Al-Hilyah 9/113]

Ibnu Rajab berkata, “Adapun yang terdapat dalam perkataan ulama salaf(sahabat,tabi'in, tabiut' tabi'in) yang menganggap baik sebagian bid’ah adalah bid’ah dalam pengertian bahasa. Bukan bid’ah dalam pengertian syari’at. Di antaranya perkataan Umar tatkala memerintahkan kaum muslimin untuk melaksanakan shalat tarawih pada bulan Ramadhan di satu tempat dengan dipimpin seorang imam, maka beliau berkata, “Inilah sebaik-baiknya bid’ah” [Jaamiul Uluum wal Hikam 1/129]

KeduaBerarti lelah dan bosan, dikatakan “Abda’at Al-ibilu” artinya unta bersimpuh di tengah jalan, karena kurus atau (terkena) penyakit atau lelah.Di antara penggunaan kata bid’ah dalam makna ini adalah perkataan seorang laki-laki yang datang menemui Rasulullah, “Innii ubda’u bii fahmiini” (Sesungguhnya saya kelelahan, tolong berilah saya bekal), maka Rasulullah berkata, ‘Saya tidak punya”. Maka seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, saya akan tunjukan dia kepada orang yang bisa membantunya”. Maka Rasulullah berkata :“Artinya : Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan, maka dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” [Hadits Riwayat Muslim 13/38-39]

Sebenarnya makna ini tetap kembali kepada makna yang pertama, sebab makna ‘unta bersimpuh’ adalah rasa lelah yang mulai merasukinya, padahal sebelumnya tidak.

[Disalin dari kitab Qawaa’id Ma’rifat Al-Bida’, Penyusun Muhammad bin Husain Al-Jizani, edisi Indonesia Kaidah Memahami Bid’ah, Pustaka Azzam]

Foote Note[1] Lihat An-Nihayah Fii Gharib Al-Hadits wa Al-Atsar 1/106-107, Mukhtar Ash-Shihah 43-44, Al Mishbah Al-Munir 38 dan Al-I’thisham 1/36

KOMPARASI MAKNA BID’AH SECARA LUGHAWI DAN SYAR’I

Akhir kata saya tuntaskan copy'an kajian ttg bid'ah. Semoga dapat dipahami, dan meluruskan pendapat(artikel) yang di nukil oleh seseorang. Sekali lagi maaf karena ini masalah mendasar =) mudah2an mengerti kalau sedikit tak berkompromi

Oleh

Muhammad bin Husain Al-Jizani
Ini bisa diketahui dari dua sisi, yaitu :

[1]. Pengertian bid’ah dalam kacamata bahasa (lughah) lebih umum dibanding makna syar’inya. Antara dua makna ini ada keumuman dan kekhususan yang mutlak, karena setiap bid’ah syar’iyyah masuk dalam pengertian bid’ah lughawiyyah, namun tidak sebaliknya, karena sesungguhnya sebagian bid’ah lughawiyyah seperti penemuan atau pengada-adaan yang sifatnya materi tidak termasuk dalam pengertian bid’ah secara syari’at [Lihat Iqhtidlaush Shirathil Mustaqim 2/590]

[2]. Jika dikatakan bid’ah secara mutlak, maka itu adalah bid’ah yang dimaksud oleh hadits “Setiap bid’ah itu sesat”, dan bid’ah lughawiyyah tidak termasuk di dalamnya, oleh sebab itu sesungguhnya bid’ah syar’iyyah disifati dengan dlalalah (sesat) dan mardudah (ditolak). Pemberian sifat ini sangat umum dan menyeluruh tanpa pengecualian, berbeda dengan bid’ah lughawiyyah, maka jenis bid’ah ini tidak termasuk yang dimaksud oleh hadits : “Setiap bid’ah itu sesat”, sebab bid’ah lughawiyyah itu tidak bisa diembel-embeli sifat sesat dan celaan serta serta tidak bisa dihukumi ‘ditolak dan batil’.

[Disalin dari kitab Qawaa’id Ma’rifat Al-Bida’, Penyusun Muhammad bin Husain Al-Jizani, edisi Indonesia Kaidah Memahami Bid’ah, Pustaka Azzam]

PENGERTIAN BID’AH MENURUT SYARI’AT

Oleh
Muhammad bin Husain Al-Jizani
Bagian Terakhir dari Tiga Tulisan [3/3]

[C]. Hal Yang Baru Ini Tidak Berlandaskan Syari'at, Baik Secara Khusus Maupun Umum.
Dalil batasan (syarat) ini adalah sabda Rasulullah Shalallahu 'AlaihiWasallam:"Artinya : Sesuatu yang bukan darinya."Dan sabdanya:"Artinya : Yang tidak ada dasarnya dalam urusan kami."Dengan batasan ini, maka keluar dari pengertian bid'ah hal-hal baru yang berhubungan dengan agama, tapi mempunyai landasan syar'i yang umum ataupun khusus.

Di antara sesuatu yang baru dalam agama ini tapi masih berlandaskan pada dalil syar'i yang umum adalah hal-hal yang ditetapkan melalui al-mashalih al-mursalah, seperti pengumpulan Al Qur'an oleh para sahabat, adapun contoh yang khusus adalah pelaksanaan shalat tarawih secara berjama'ah pada zaman Umar bin Khaththab.Dengan melihat makna lughawi (bahasa) untuk kata al-ihdats, maka hal-hal yang berlandaskan kepada dalil syar'i dapat dinamakan muhdatsat, karena hal-hal syar'i ini dilakukan kedua kalinya setelah ditinggalkan dan dilupakan (orang), ini adalah ihdats nisbiy (pengada-adaan yang relatif).

Sudah dimaklumi bahwa setiap hal yang baru keabsahannya telah ditunjukan oleh dalil syar'i, maka hal ini tidak dinamakan -dalam kacamata syariat- sebagai bentuk ibtida' (mendatangkan bid'ah), karena ibtida' menurut pandangan syariat- hanya dikaitkan dengan sesuatu yang tidak mempunyai dalil.Supaya lebih jelas dan lebih yakin tentang tiga batasan itu, berikut kita simak ungkapan para ulama berikut ini:
Ibnu Rajab berkata: "Setiap orang yang mengada-ada sesuatu yang baru dan menisbatkannya kepada agama, padahal tidak ada landasan yang bisa dijadikan rujukan, maka hal semacam ini adalah sesat dan agama lepasdarinya." [Jamiul Ulum wal Hikam 2/128]

Beliau juga berkata : "Dan yang dimaksud dengan bid'ah adalah sesuatu yaug diada-ada yang sama sekali tidak mempunyai dasar tujukan dalam syariat”.Adapun sesuatu yang mempunyai dasar rujukan dari syariat, maka tidak dinamai bid'ah, meskipun secara bahasa masih dikatakan bid'ah." [Jamiul Ulum wal Hikam 2/128]
Ibnu Hajar berkata: "Dan yang dimaksud sabda nabi "Setiap bid'ah itu adalah sesat", yaitu sesuatu yang diada-adakan, sedangkan dia tidak mempunyai dalil syar'i, baik dalil khusus maupun umum." [Fathul Bari 13/253]

Beliau juga berkata: "Dan hadits ini (yaitu hadits : Barangsiapa mengada-ada sesuatu dalam urusan agama kami ini yang padahal bukan termasuk bagian di dalamnya, maka di tertolak) termasuk kaidah yang utama dalam agama Islam, karena sesungguhnya orang yang mendatangkan sesuatu yang baru dalam agama ini, padahal tidak termasuk dalam salah satu pokok (ajaran Islam), maka dia akan tertolak."

[Fathul Bari 5/302, lihat juga Ma'arijul Qabuul 2/426 dan Syarhu Lu'matul I'tiqad 23]Definisi Bid'ah dalam Syari'atDari uraian di atas, maka kita bisa menentukan pengertian bid'ah secara syari'at, yaitu hal-hal yang memenuhi tiga batasan di atas, oleh sebab itu definisi bid'ab syar'iyyah secara komprehensif adalah:"Setiap hal yang diada-ada dalam agama Allah yang sama sekali tidak mempunyai landasan dalil, baik dalil yang umum ataupun yang khusus."Atau dengan ungkapan yang lebih ringkas:"Setiap hal yang diada-ada dalam agama Allah tanpa landasan dalil."

[Disalin dari kitab Qawaa’id Ma’rifat Al-Bida’, Penyusun Muhammad bin Husain Al-Jizani, edisi Indonesia Kaidah Memahami Bid’ah, Pustaka Azzam]

Foot Note(sambungan yang tadi)

Foote Note

[1] Sama saja dalam hal ini sesuatu yang diada-adakan untuk pertama kali, karena tidak ada contoh sekelumnya, seperti menyembah patung berhala tatkala awal munculnya, ini adalah mengada-adakan yang mutlak ataupun sesuatu yang diada-adakan untuk kedua kalinya dan telah pernah ada contohnya, kemudian dihidupkan lagi setelah tidak ada dan tenggelam, seperti penyembahan berhala di Makkah, karena sesungguhnya Amr Ibn Luhayy-lah yang pertama kali mengada-adakannya di sana. Ini adalah mengada-adakan yang sifatnya relatif (nisbiy).

Di antara hal ini juga segala sesuatu yang disandarkan kepada agama padahal bukan bagian dari agama itu, sebagaimana yang ditunjukan oleh hadits:"Artinya : Barangsiapa mengada-ada sesuatu yang baru dalam urusan -agama- kami ini, padahal bukan bagian darinya, maka dia itu tertolak".Dinamakan sesuatu yang diada-adakan ditinjau dari segi agama saja dan hal ini terkadang tidak disebut sesuatu yang diada-adakan jika ditinjau dari selain agama.
Oleh
Muhammad bin Husain Al-Jizani
Bagian Kedua dari Tiga Tulisan [2/3]

[A]. Al-Ihdats (Mengada-ada) Sesuatu yang Baru
Dalil syarat ini adalah sabda Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam"Artinya : Barang siapa mengada-ada (sesuatu yang baru)."Dan sabdanya:"Artinya : Dan setiap yang diada-adakan itu adalah bid'ah."Jadi yang dimaksud al-ihdaats adalah mendatangkan sesuatu yang baru, dibuat-buat, dan tidak ada contoh sebelumnya.

[1]Maka masuk di dalamnya: segala sesuatu yang diada-adakan, baik yangtercela maupun yang terpuji, baik dalam agama atau bukan.Dan dengan batasan ini maka yang tidak diada-adakan tidak dapat disebut bid'ah misalnya melaksanakan semua syi'ar agama seperti shalat fardlu, puasa ramadlan, dan melakukan hal-hal yang sifatnya duniawi seperti makan, pakaian dan lain-lain. Karena hal yang baru itu bisa terjadi dalam urusan duniawi dan urusan agama (dien) untuk itu perlu adanya pembatasan dalam dua batasan berikut ini:

[B]. Sesuatu Yang Baru Itu Disandarkan Kepada AgamaDalil batasan ini adalah sabda Rasuhdlah Shalallahu 'Alaihi Wasallam:"Artinya : Dalam urusan (agama) kami ini."Dan yang dimaksud dengan urusan nabi di sini adalah agama dan syari'atnya.
[Lihat Jami'ul Uluum wal Hikam 1/177]

Maka makna yang dimaksud dalam bid'ah itu adalah bahwa sesuatu yang baru itu disandarkan kepada syari'at dan dihubungkan dengan agama dalam satu sisi dari sisi-sisi yang ada, dan makna ini bisa tercapai bila mengandung salah satu dari tiga unsur berikut ini:Pertama : Mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu yang tidak disyari'atkan.Kedua : Keluar menentang (aturan) agama.Ketiga : Yaitu hal-hal yang bisa menggiring kepada bid'ah.

Dengan batasan (syarat) yang ke dua ini, maka hal-hal yang baru dalam masalah-masalah materi dan urusan-urusan dunia tidak termasuk dalam pengertian bid'ah, begitu juga perbuatan-perbuatan maksiat dan kemungkaran yang baru, yang belum pernah terjadi pada masa dahulu, semua itu bukan termasuk bid'ah, kecuali jika hal-hal itu dilakukan dengan cara yang menyerupai taqarrub (kepada Allah) atau ketika melakukannya bisa menyebabkan adanya anggapan bahwa hal itu termasuk bagian agama.

[Disalin dari kitab Qawaa’id Ma’rifat Al-Bida’, Penyusun Muhammad bin Husain Al-Jizani, edisi Indonesia Kaidah Memahami Bid’ah, Pustaka Azzam]

PENGERTIAN BID’AH MENURUT SYARI’AT

Oleh
Muhammad bin Husain Al-Jizani
Bagian Pertama dari Tiga Tulisan [1/3]

Banyak sekali hadits-hadits nabawi yang mengisyaratkan makna syar'i dari kata bid'ah, di antaranya:
[1]. Hadits Al Irbadh Ibnu Sariyah, di dalam hadits ini ada perkataan Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam:"Jauhilah hal-hal yang baru (muhdatsat), karena setiap yang baru itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat."

[Dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya dan teksnya milik Abu Dawud 4/201 no. 4608, Rmu Majah 1/15 No. 42, At-Tirmidzi 5/44 no. 2676 dan beliau berkata bahwa ini hadits hasan shahih dan hadits ini dishahihkan oleh Al Albaniy dalam Dhilaalul Jannah fii Takhriijissunnah karya lbnu Abi Ashim: no. 27]

[2]. Hadits Jabir bin Abdullah, bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam pernah berkata dalam khuthbahnya:"Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitab Allah dan sebagus-bagusnya tuntunan adalah tuntunan Mnbammad dan urusan yang paling jelek adalah sesuatu yang diada-adakan (dalam agama) dan setiap yang diada-adakan (dalam agama) itu adalah bid'ah dan setiap bid'ah itu sesat dan setap kesesatan itu (tempatnya) di neraka."

[Dikeluarkan dengan lafadz ini oleh An- Nasa'i dalam As-Sunan 3/188 dan asal hadits dalam Shahih Muslim 3/153. Untuk menambah wawasan coba lihat kitab Khutbat Al-Haajah, karya Al-Albany]

Dan jika telah jelas dengan kedua hadits ini, bahwa bid'ah itu adalah al-mubdatsah (sesuatu yang diada-adakan dalam agama), maka hal ini menuntut (kita) untuk meneliti makna ibda' (mengada-adakan dalam agama) di dalam sunnah, dan ini akan dijelaskan dalam hadits-badits berikut:

[3]. Hadits Aisyah Radhiyallahu 'Anha. Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:"Barangsiapa mengada-ada (sesuatu) dalam urusan (agama) kami ini, padahal bukan termasuk bagian di dalamnya, maka dia itu tertolak." [Hadits Riwayat Al-Bukhari 5/301 no. 2697, Muslim 12/61 dan lafadz ini milik Muslim]

[4]. Dalam Riwayat Lain:"Barangsiapa mengamalkan amalan yang tidak ada dasarnya dalam urusan(agama) kami, maka dia akan tertolak." [Hadits Riwayat. Muslim 12/16]Keempat hadits di atas, jika diteliti secara seksama, maka kita akan mendapatkan bahwa semuanya menunjukkan batasan dan hakikat bid'ah menurut syari'at. Maka dari itu bid'ah syar'iyyah memiliki tiga batasan (syarat) yang khusus. Dan sesuatu tidak bisa dikatakan bid'ah menurut syari'at, kecuali jika memenuhi tiga syarat, yaitu:

[a]. Al-Ihdaats (mengada-adakan)

[b]. Mengada-adakan ini disandarkan kepada agama

[c]. Hal yang diada-adakan ini tidak berpijak pada dasar syari'at, baik secara khusus maupun umum.

[Disalin dari kitab Qawaa’id Ma’rifat Al-Bida’, Penyusun Muhammad bin Husain Al-Jizani, edisi Indonesia Kaidah Memahami Bid’ah, Pustaka Azzam]

Friday, February 17, 2006

dari zaman beliau mengeluarkan kaset lagu2 anak bilingual islami... saya suka dengan ibu satu ini :) dibaca dan kasih pesan2 ya...


-----------------------------
Aku Ingin Anak Lekakiku Menirumu
Neno Warisman : Ijinkan Aku Bertutur

Ketika lahir, anak lelakiku gelap benar kulitnya, Lalu kubilang padaayahnya: "Subhanallah, dia benar-benar mirip denganmu ya!" Suamiku menjawab:"Bukankah sesuai keinginanmu? Kau yang bilang kalau anak lelaki inginseperti aku." Aku mengangguk. Suamiku kembali bekerja seperti biasa.

Ketika bayi kecilku berulang tahun pertama, aku mengusulkan perayaannya dengan mengkhatamkan Al Quran di rumah Lalu kubilang pada suamiku: "Supaya ia menjadi penghafal Kitabullah ya,Yah." Suamiku menatap padaku seraya pelanberkata: "Oh ya. Ide bagus itu."

Bayi kami itu, kami beri nama Ahmad, mengikuti panggilan Rasulnya. Tidakberapa lama, ia sudah pandai memanggil-manggil kami berdua: Ammaa. Apppaa. Lalu ia menunjuk pada dirinya seraya berkata: Ammat! Maksudnya ia Ahmad. Kami berdua Sangat bahagia dengan kehadirannya.

Ahmad tumbuh jadi anak cerdas, persis seperti papanya. Pelajaran matematikasederhana sangat mudah dikuasainya. Ah, papanya memang jago matematika. Iakebanggaan keluarganya. Sekarang pun sedang S3 di bidang Matematika.

Ketika Ahmad ulang tahun kelima, kami mengundang keluarga. Berdandan rapikami semua. Tibalah saat Ahmad menjadi bosan dan agak mengesalkan. Tiba-tibaia minta naik ke punggung papanya. Entah apa yang menyebabkan papanya begituberang, mungkin menganggap Ahmad sudah sekolah, sudah terlalu besar untukmain kuda-kudaan, atau lantaran banyak tamu dan ia kelelahan.Badan Ahmad terhempas ditolak papanya, wajahnya merah, tangisnya pecah,Muhammad terluka hatinya di hari ulang tahunnya kelima. Sejak hari itu,Ahamad jadi pendiam. Murung ke sekolah, menyendiri di rumah. Ia tak lagisuka bertanya, dan ia menjadi amat mudah marah.

Aku coba mendekati suamiku, dan menyampaikan alasanku. Ia sedangmenyelesaikan papernya dan tak mau diganggu oleh urusan seremeh itu,katanya.

Tahun demi tahun berlalu. Tak terasa Ahmad telah selesai S1. Pemuda gagah,pandai dan pendiam telah membawakan aku seorang mantu dan seorang cucu.Ketika lahir, cucuku itu, istrinya berseru sambil tertawa-tawa lucu:"Subhanallah! Kulitnya gelap, Mas, persis seperti kulitmu!"Ahmad menoleh dengan kaku, tampak ia tersinggung dan merasa malu. "Salahmu.Kamu yang ingin sendiri, kan. Kalau lelaki ingin seperti aku!"

Di tanganku, terajut ruang dan waktu. Terasa ada yang pedih di hatiku. Adayang mencemaskan aku. Cucuku pulang ke rumah, bulan berlalu.

Kami, nenek dan kakeknya, datang bertamu. Ahmad kecil sedang digendongayahnya. Menangis ia. Tiba-tiba Ahmad anakku menyergah sambil berteriakmenghentak, "Ah, gimana sih, kok nggak dikasih pampers anak ini!" Dengankasar disorongkannya bayi mungil itu.

Suamiku membaca korannya, tak tergerak oleh suasana. Ahmad, papa bayi ini,segera membersihkan dirinya di kamar mandi.

Aku, wanita tua, ruang dan waktu kurajut dalam pedih duka seorang istri danseorang ibu. Aku tak sanggup lagi menahan gelora di dada ini. Pecahlahtangisku serasa sudah berabad aku menyimpannya.

Aku rebut koran di tangan suamiku dan kukatakan padanya: "Dulu kau hempaskanAhmad di lantai itu! Ulang tahun ke lima, kau ingat? Kau tolak ia merangkakdi punggungmu! Dan ketika aku minta kau perbaiki, kau bilang kau sibuksekali. Kau dengar? Kau dengar anakmu tadi? Dia tidak suka dipipisi. Dia asing dengan anaknya sendiri!"

Allahumma Shali ala Muhammad. Allahumma Shalli alaihi wassalaam.Aku ingin anakku menirumu, wahai Nabi. Engkau membopong cucu-cucumu dipunggungmu, engkau bermain berkejaran dengan mereka Engkau bahkan menengokseorang anak yang burung peliharaannya mati. Dan engkau pula yang berkataketika seorang ibu merenggut bayinya dari gendonganmu, "Bekas najis ini bisakuseka, tetapi apakah kau bisa menggantikan saraf halus yang putus dikepalanya?"

Aku memandang suamiku yang terpaku. Aku memandang anakku yang tegak diambagai karang tajam. Kupandangi keduanya, berlinangan air mata. Aku tak bolehberputus asa dari Rahmat-Mu, ya Allah, bukankah begitu?

Lalu kuambil tangan suamiku, meski kaku, kubimbing ia mendekat kepadaAhmad. Kubawa tangannya menyisir kepala anaknya, yang berpuluh tahun takmerasakan sentuhan tangan seorang ayah yang didamba.

Dada Ahmad berguncang menerima belaian. Kukatakan di hadapan mereka berdua,"Lakukanlah ini, permintaan seorang yang akan dijemput ajal yang tak mampumewariskan apa-apa: kecuali Cinta. Lakukanlah, demi setiap anak lelaki yangakan lahir dan menurunkan keturunan demi keturunan. Lakukanlah, untuk sebuahperubahan besar di rumah tangga kita! Juga di permukaan dunia. Tak akan pernah ada perdamaian selama anak laki-laki tak diajarkan rasa kasih dansayang, ucapan kemesraan, sentuhan dan belaian, bukan hanya pelajaran untukmenjadi jantan seperti yang kalian pahami. Kegagahan tanpa perasaan.

Dua laki-laki dewasa mengambang air di mata mereka. Dua laki-laki dewasa danseorang wanita tua terpaku di tempatnya. Memang tak mudah untuk berubah.Tapi harus dimulai. Aku serahkan bayi Ahmad ke pelukan suamiku. Aku bilang:"Tak ada kata terlambat untuk mulai, Sayang."

Dua laki-laki dewasa itu kini belajar kembali. Menggendong bersama,bergantian menggantikan popoknya, pura-pura merancang hari depan si bayisambil tertawa-tawa berdua, membuka kisah-kisah lama mereka yang penuh kabutrahasia, dan menemukan betapa sesungguhnya di antara keduanya Allahmenitipkan perasaan saling membutuhkan yang tak pernah terungkapkan dengan kata, atau sentuhan.

Kini tawa mereka memenuhi rongga dadaku yang sesak oleh bahagia, syukur pada-Mu Ya Allah! Engkaulah penolong satu-satunya ketika semua jalan tampak buntu. Engkaulah cahaya di ujung keputusasaanku.

Tiga laki-laki dalam hidupku aku titipkan mereka di tangan-Mu. Kelak, jiraaku boleh bertemu dengannya, Nabiku, aku ingin sekali berkata: Ya, Nabi.aku telah mencoba sepenuh daya tenaga untuk mengajak mereka semua menirumu!

Amin, alhamdulillah.

--Ada tiga hal yang seandainya ada dalam jiwa kita maka kita akan dibawa melangkah ke jalan kemuliaan dan kemenangan yang telah terjadi pada generasi zaman Rosululloh SAW, yaitu keimanan yang sempurna, cinta dan pengorbanan.--Hasan Al Banna--


silahkan dibaca

Assalammualaikum warrohmatulloh wabarakatuh
Melanjutkan Topik najib yang bagus, saya ingin lebih meng-general kan (bukan suami istri) karena emang lom ada yang menikah kan hehe.
Ada Fadhillah dari Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi ‘Umair Al-Madkholiy. o..iya ngasih tau istilah. Hujjah= bukti berupa dalil Naqli (Al Qur'an dan Hadits Shahih)

pertanyaan
jika ada seseorang yang melakukan kesalahan yang wajib untuk ditahdzir, maka apakah mengharuskan menasehatinya dulu sebelum mentahdzir (memperingatkan) manusia darinya ataukah tidak harus?

Jawaban :
Jika keburukannya telah menyebar, maka bersegeralah menasehatinya dan hal ini lebih bermanfaat namun jika dia mau menerima (maka alhamdulillah, ed.) dan jika tidak maka peringatkanlah ummat darinya. Mungkin dengan nasihat yang baik, mudah-mudahan Allah Azza wa Jalla menjadikan nasihat ini bermanfaat bagi orang itu, sehingga ia ruju’ (kembali) dari kebatilannya dan mengumumkan kesalahannya, Semoga Allah memberkahi kalian. Namun jika anda datang dengan menyodorkannya bantahan-bantahan saja, maka dia sulit untuk menerima! Maka gunakanlah wasilah (cara) yang akan meninggalkan bekas yang baik, karena dirimu ketika menasehati dirinya secara empat mata, dan anda tunjukkan sikap-sikap yang halus kepadanya, maka ia akan ruju’ (kembali) -insya Allah- dan mengumumkan kesalahannya (di depan publik, ed.). Hal ini terdapat kebaikan yang besar dan lebih bermanfaat daripada membantahnya. Oleh karena itu, sesungguhnya aku akan memberikan nasehat pertama kali kepadanya, kemudian sebagian orang yang dinasehati menerimanya dan sebagiannya lagi tidak. Maka, kita -saat itu- dengan terpaksa membantah dirinya.

Idza lam yakun illa al-Asinnah markabFa maa hiilah al-Mudltharru illa rukuubuha
Jika tidak ada kecuali tombak sebagai kendaraanMaka tidak ada jalan lain bagi yang terpaksa kecuali menaikinya

pertanyaan
Wahai Fadhilatus Syaikh, kapankah kita menggunakan al-liin (kelemahlembutan)?
Dan kapan pula kita menggunakan syiddah (kekerasan) di dalam dakwah kepada Allah, dan di saat bermuamalah terhadap sesama manusia?

Hukum asal di dalam berdakwah adalah al-Liin (lemah lembut), ar-Rifq (ramah) dan al-Hikmah. Inilah hukum asal di dalam berdakwah. Jika anda mendapatkan orang yang menentang, tidak mau menerima kebenaran dan anda tegakkan atasnya hujjah namun dia menolaknya, maka saat itulah anda gunakan ar-Radd (bantahan). Jika anda adalah seorang penguasa -dan pelaku bi’dah ini adalah seorang da’i- maka luruskanlah ia dengan pedang, dan terkadang ia dihukum mati jika ia tetap bersikukuh dengan menyebarkan kesesatannya.

[Dialihbahasakan oleh Abu Salma bin Burhan Al-Atsari, Diperiksa dan diedit oleh Ustadz Abu Abdurrahman Thayib, Lc. Sumber : Transkrip ceramah Syaikh Rabi’bin Hadi bin Umair al-Madkhali yang berjudul : Al-Hatstsu ‘alal Mawaddah wal I’tilaaf wat Tahdziiru minal Furqoti wal Ikhtilaafi yang disusun oleh : Lajnah al-Bahtsi al-‘Ilmi wa Tahqiq at-Turats al-Islami Markaz Imam Albani lid Dirosaati al-Manhajiyyah wal Abhaatsil Ilmiyyah. Selebaran no : 13, Dar al-Atsari, Amman Yordania. Terjemahan disebarkan oleh Lajnah Da’wah & Ta’lim FSMS Forum Silaturrahim Mahasiswa as-Sunnah Surabaya, Indonesia 2004/1425]

Thursday, February 16, 2006

Mengkritiklah Dengan Cinta (Psikologi kritikan pria dan wanita)

Ma'af sebelumnya pabila artikel ini kurang pas, tapi najyb rasa sangat sayang untuk dilewatkan :) semoga bermanfaat...
=====================================================================
Bagi pasangan yang baru menikah, tentu ada beberapa hal "mengejutkan" dari pasangan. Ada sifat dan kebiasaan yang ternyata sama sekali tidak kita ketahui sebelumnya.


Si dia sering membuang handuk sembarangan, malas menutup pintu, lebih suka menonton tv padahal kita sedang sibuk membereskan rumah, dan sebagainya. Kesal dan kaget pastinya, namanya saja baru penyesuaian. Diberi tahu dengan halus tidak mempan, dikritik ujung-ujungnya bertengkar. Jadi seharusnya bagaimana nih ?

Kritik seringkali menjadi penyebab pudarnya rasa cinta dan kepercayaan di antara pasangan. Selain membuat perasaan jadi down, orang yang terus menerus dikritik oleh pasangannya lama kelamaan akan marah dan cenderung defensif. Tapi munculnya kritik adalah suatu hal yang tidak bisa dihindarkan dalam sebuah hubungan, masalahnya adalah bagaimana kita menghadapi kritik karena itu berpengaruh pada sebuah hubungan yang sehat.

Pria dan wanita biasanya mengkritik untuk alasan yang berbeda. Pria mengkritik istrinya dengan maksud "menempatkan wanita di posisinya" karena mereka tidak suka kehilangan kekuasaan dan penghargaan dalam hidupnya, karena itu mereka "menyerang" istrinya. Ada pula sebagian orang yang melakukan kritik sebagai pelampiasan frustasi dan masalah. Pria takut jika merasa lemah dan "feminin", maka mereka menekan wanita untuk menunjukkan kuasanya.
Kritik seperti ini adalah bentuk kekerasan dan tentu saja sama sekali tidak bisa diterima. Seharusnya seorang suami punya alasan kuat dalam melontarkan kritik dan mengetahui efeknya dalam pernikahan. Secara psikologis, pria mengkritik karena mereka tidak mau mengakui kelemahannya.

Lalu bagaimana dengan wanita ? Wanita mengkritik untuk melukai pasangannya karena mereka merasa disakiti dan tidak dihargai. Kata-kata yang tajam adalah senjata yang sering dipakai para wanita, meski sebenarnya mereka mengkritik atau mengomel untuk membantu pasangannya. Dan tentu saja para pria tidak menangkap masksudnya, yang pria pikir adalah istrinya mengkritik karena ingin mengubahnya, dan tak ada seorang pun yang mau dipaksa berubah. Karena merasa sering mendapat kritik negatif dari istrinya pria akan merasa malu dan marah, bahkan tidak mau mendengar kritik sama sekali. Akibatnya, para istri akan semakin frustasi dan mengomel kepada suaminya.

Ingin dihargai

Yang pria pikirkan tentang sebuah pernikahan ideal adalah lebih banyak seks dan sedikit mungkin kritik. Sebenarnya ada hal dasar di balik keinginan itu, pria hanya ingin pasangannya menghargai apa yang mereka lakukan. Seorang pria ingin merasa apa yang dilakukannya membuat pasangannya bahagia, karena hal itu bisa membuatnya merasa berguna bagi istri dan keluarganya.

Sayangnya yang sering pria dengar adalah keluhan dari istri karena suaminya tidak bisa menyenangkannya, bahkan dalam urusan pekerjaan rumah tangga. Semua orang, termasuk pria tak pelak memang butuh berubah untuk menjadi lebih baik, tetapi coba pikirkan hal ini : berapa banyak wanita untuk berusaha mengubah pasangannya ? mungkin lebih dari 90 persen. Sebaliknya dengan para pria, hanya sedikit suami yang ingin istrinya berubah. Pria biasanya berpikir, "istri saya memang tak suka dandan, tetapi saya mencintainya". Jika seorang suami memberi kritik itu bukan untuk mengubah sang istri, tetapi hanya untuk menyinggungnya.

Di lain pihak, para wanita melihat kesalahan pasangannya dengan jelas dan berusaha memperbaikinya. Bahkan saat masih pengantin baru pun, si istri sudah merencanakan sesuatu untuk mengubah kebiasaan suami yang tidak disukainya. Singkatnya, banyak wanita yang menganggap pernikahan sebagai sebuah proyek raksasa.

Jika seorang suami cukup pintar, ia akan mendengarkan semua kritik membangun, dalam pikiran suami tadi ; istri saya lebih mengenal saya dan dia tahu apa yang salah pada diri saya. Sisi baik dari menjadi pendengar yang baik dan melakukan saran yang dikatakan si istri, hubungan dengan istri tetap hangat sekaligus menjadi suami yang lebih baik.

Untuk mendapat posisi ideal seperti itu, tugas dari istri adalah bersikap jujur dan memberi kritik yang membangun, sekaligus meyakinkan pasangan bahwa ia tetap mencintai suami tanpa syarat. Tidak ada yang salah dengan kritik yang membangun, tetapi tetaplah diingat bahwa pria biasanya mau berubah jika ia merasa dicintai dan diterima apa adanya.


Jika si dia adalah orang yang tidak bisa menerima kritik, langkah berikut bisa Anda coba :

- Untuk mengganti kritik, buatlah permintaan sederhana. Katakan permintan Anda dengan jelas dan jelaskan bahwa perubahan yang diinginkannya sangat berarti buat Anda.

- Setelah mengatakan apa yang Anda minta, mundur satu langkah dan berikan kebebasan padanya. Pria adalah mahluk yang senang merasa mandiri dan merdeka. Jangan memberikan target waktu untuk perubahannya.

- Sampaikan kritik seolah Anda meminta bantuan, misalnya dengan mengatakan "sayang, rumah kita jadi berantakan sekali, gimana membereskannya ? Ingat, sumber masalahnya bukan suami Anda, tetapi pekerjaan membereskan rumah atau mengasuh bayi. Mintalah pendapatnya dan minta bantuan secara personal untuk mengurangi beban pekerjaan Anda di rumah.

- Diskusikan persoalan-persoalan rumah tangga dengan santai, tidak perlu sampai ada pertemuan khusus agar ia tidak merasa dihakimi dan diberi beban kewajiban. Jika Anda memaksanya berbicara tentang hal ini secara khusus ia akan membela diri dan berakhir dengan perang mulut.

- Terakhir, jangan memberi kritik untuk membuat pasangan merasa direndahkan. Menghargai apa yang sudah dia kerjakan daripada mengomel untuk hal yang tidak ia lakukan. (An)

Tuesday, February 14, 2006

Assalammualaikum warohmatulloh wabarokatuh

"Dengan kesabaran dan keyakinan, keimanan dalam agama dicapai" kutipan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.

Sunday, February 12, 2006

TAFSIRAN TAUHID DAN SYAHADAT LAA ILAHA ILLA ALLAH

Assalammualaikum wr wb
Ini ada sedikit kajian yang saya copy dari Syaikh Muhammadd bin Abdul Wahab ttg Akidah (Tauhid). Tolong dibaca dan dipahami karena ini adalah dasar dan pondasi muslim. Saya sarankanbaca buku ttg Tauhid karangan ustadz yang terpercaya. Insya ALLOH hati akan tenang jika akidah kita sempurna. Dosa terbesar adalah bid'ah dalam Akidah(Tauhid).

TAFSIRAN TAUHID DAN SYAHADAT LAA ILAHA ILLA ALLAH

Oleh

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab

Firman Allah Ta'ala:

"Artinya : Orang-orang yang diseru oleh kaum musyrikin itu, mereka sendiri senantiasa berusaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan mereka, siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepadaNya), dan mereka mengharapkan rahmat-Nya serta takut akan siksa-Nya, sesungguhnya siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti." [Al-Isra': 57]

"Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya; Sesungguhnya aku melepaskan diri dari segala apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan menunjukiku (kepada jalan kebenaran)." [Az-Zukhruf: 26-27]

"Artinya : Mereka, menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan (mereka mempertuhankan pula) Al-Masih putera Maryam, padahal mereka itu tiada lain hanyalah diperintahkan untuk beribadah kepada Satu Sembahan, tiada Sembahan yang haq selain Dia. Maha Suci Allah dari perbuatan syirik mereka." [At-Taubah: 31]

"Artinya : Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, yaitu dengan mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah..."[Al-Baqarah: 165]

Diriwayatkan dalam Shahih (Muslim), bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda

"Artinya : Barangsiapa mengucapkan Laa ilaha illa Allah dan mengingkari sesembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang hisab (perhitungan)nya adalah terserah kepada Allah 'Azza wa Jalla."

Kandungan dalam tulisan ini:

[1]. Ayat dalam surah Al-Isra'. Diterangkan dalam ayat ini bantahan terhadap kaum musyrikin yang menyeru (meminta) kepada orang-orang shaleh. Maka, ayat ini mengandung sesuatu penjelasan bahwa perbuatan mereka itu syirik akbar

[2]. Ayat dalam surah Bara'ah (At-Taubah). Diterangkan dalam ayat ini bahwa kaum Ahli Kitab telah menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan diterangkan bahwa mereka tiada lain hanya diperintahkan untuk beribadah kepada Satu Sembahan yaitu Allah. Padahal tafsiran ayat ini, yang jelas dan tidak dipermasalahkan lagi, yaitu mematuhi orang-orang alim dan rahib-rahib dalam tindakan mereka yang bertentangan dengan hukum Allah; dan maksudnya bukanlah kaum Ahli Kitab itu menyembah mereka.

Dapat diambil kesimpulan dari ayat ini bahwa tafsiran "Tauhid" dan Syahadat "Laa ilaha illa Allah" yaitu: pemurnian ketaatan kepada Allah, dengan menghalalkan apa yang dihalalkan Allah dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya.

[3]. Kata-kata Al-Khalil Ibrahim 'alaihissalam kepada orang-orang kafir: "Sesungguhnya aku melepaskan diri dari apa yang kamu sembah, kecuali Allah saja Tuhan yang telah menciptakan aku..."

Disini beliau mengecualikan Allah dari segala sembahan. Pembebasan diri (dari segala sembahan yang bathil) dan pernyataan setia (kepada Sembahan yang haq, yaitu Allah) adalah tafsiran yang sebenarnya dari syahadat "Laa ilaha illa Allah." Allah Ta'ala berfirman: "Dan Ibrahim menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya, supaya mereka kembali (kepada jalan kebenaran). (Az-Zukhruf: 28)

[4]. Ayat dalam surah Al-Baqarah yang berkenaan dengan orang-orang kafir, yang dikatakan oleh Allah dalam firman-Nya: "Dan mereka tidak akan dapat keluar dari neraka."

Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa mereka menyembah tandingan-tandingan selain Allah, yaitu dengan mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai kecintaan yang besar kepada Allah, akan tetapi kecintaan mereka itu belum bisa memasukkan mereka kedalam Islam. Dari ayat dalam surah Al-Baqarah ini dapat diambil kesimpulan bahwa tafsiran "tauhid" dan syahadat "Laa ilaha illa Allah" yaitu: pemurniaan kecintaan kepada Allah yang diiringi dengan rasa rendah diri dan penghambaan hanya kepada-Nya.

Lalu bagaimana dengan orang yang mencintai sembahan-nya lebih besar daripada kecintaannya kepada Allah? Kemudian, bagaimana dengan orang yang hanya mencintai sesembahan selain Allah itu saja dan tidak mencintai Allah?

[5]. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Barang siapa mengucapkan Laa ilaha illa Allah dan mengingkari sesembahan selain Allah, haramlah harta dan darahnya, sedang hisab (perhitungan)nya adalah terserah kepada Allah 'Azza wa Jalla."

Ini adalah termasuk hal terpenting yang menjelaskan pengertian "Laa ilaha illa Allah". Sebab apa yang dijadikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai pelindung darah dan harta bukanlah sekedar mengucapkan kalimat "Laa ilaha illa Allah" itu, bukan pula dengan mengerti makna dan lafadznya, bukan pula dengan mengakui kebenaran kalimat tersebut, bahkan bukan juga tidak meminta kecuali kepada Allah saja, yang tiada sekutu bagi-Nya. Akan tetapi tidaklah haram dan terlindung harta dan darahnya hingga dia menambahkan kepada pengucapan kalimat "Laa ilaha illa Allah" itu pengingkaran kepada segala sembahan selain Allah. Jika dia masih ragu atau bimbang, maka belumlah haram dan terlindung harta dan darahnya.

Sungguh agung dan penting sekali tafsiran "Tauhid" dan syahadat "Laa ilaha illa Allah" yang terkandung dalam hadits ini, sangat jelas keterangan yang dikemukakannya dan sangat meyakinkan argumentasi yang diajukan bagi orang yang menentang

[Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418H]

Saturday, February 11, 2006

sedikit info

Assalammualaikum wr wb
Denger berita akhir2 ini tidak ttg cartoon Rasulullah SAW? memang terdengar menyedihkan.
Tapi yang lebih menyedihkan lagi sikap umat muslim yang bertindak anarkis. Memang mereka salah, tapi dengan bertindak anarkis dengan demo2 dan sebagainya makin membuat image muslim semakin jelek. Lalu bagaimana kita menyikapi perihal cartoon itu, mungkin salah satu kajian dibawah ini cocok buat kita. Bagaimana Rasulullah SAW mengajarkan bagaimana "memprotes"/menasihati yang benar. Mudah2an berguna
Wassalammualaikum wr wb

APAKAH DEMONSTRASI TERMASUK JALAN DAKWAH

Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan.

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Apakah demonstrasi yang dilakukan oleh kaum laki-laki dan wanita untuk menentang pemimpin bisa dianggap sebagai suatu jalan dakwah ? Dan apakah orang yang mati karenanya bisa dianggap syahid fii sabilillah ?

Jawaban

Demonstrasi yang dilakukan oleh kaum laki-laki dan wanita bukanlahlah jalan keluar. Bahkan saya beranggapan bahwa hal tersebut termasuk dari sebab-sebab musibah, kejelekan, kebencian manusia dan terjadinya permusuhan antar manusia yang tidak sesuai dengan kebenaran. Adapun cara-cara yang disyariatkan yakni : menulis surat, memberikan nasehat serta berdakwah kepada kebaikan dengan jalan yang telah ditetapkan syariat yang tentunya telah dijelaskan caranya oleh ahlul ilmi, para sahabat Rasullullah dan orang-orang yang mengikuti beliau dalam kebaikan yakni dengan menulis surat dan berhadapan langsung dengan pemimpin untuk memberikan nasehat tanpa menyebarkan perbuatan yang mereka lakukan di atas mimbar sehingga menimbulkan sesuatu yang tidak diinginkan, hanyalah Allah yang menjadi penolong.

[Majmu Fatawa Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz 8/245]

Thursday, February 09, 2006

BERDO’A KETIKA SHALAT FARDHU

Assalammu'alaikum wr wb
Menyambung postingan ainun yang mengambil tema penting bagi kita. Ada beberapa waktu yang tepat untuk berdo'a, salah satunya ketika sujud dan tasyahud. Cuplikan dari kitab Syeikh Bin Baz rohimmahululloh, beliau(bagi yang belum tau) adalah ulama besar, seorang mufti(pimpinan umum urusan islam) kerajaan Saudi Arabia. Mudah2an fatwa dari beliau bisa berguna dan tetap tegar pada sunnah Rasullullah SAW.
O iya maaf disertai dengan sedikit biografinya, dimaksudkan supaya kita mengenal para ulama kita.
APAKAH SESEORANG BOLEH BERDO’A KETIKA SHALAT FARDHU ?
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz

Pertanyaan.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Bolehkah seseorang berdo’a di tengah shalat wajib, misalnya setelah melakukan beberapa rukun seperti ketika sujud seusai membaca Subhanallah lalu berdo’a Allahummaghfirli warhamni (Ya Allah ampunilah aku dan rahmatillah aku) atau do’a yang lain ? Saya berharap mendapatkan nasihat yang bermanfaat.

Jawaban
Disyariatkan bagi seorang mukmin untuk berdo’a ketika shalatnya di saat yang disunnahkan untuk berdo’a, baik ketika shalat fardhu maupun shalat sunnah. Adapun saat berdo’a katika shalat adalah tatkala sujud, duduk di antara dua sujud dan akhir salat setelah tasyahud dan shalawat atas Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum salam. Sebagaimana telah disebutkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau berdo’a ketika duduk di antara dua sujud untuk memohon ampunan. Telah diriwayatkan pula bahwa beliau berdo’a ketika duduk di antara dua sujud“Allahummagfilii, warhamnii, wahdinii, wajburnii, warjuqnii, wa’aafinii”“Artinya : Ya Allah ampunilah aku, rahmatillah aku, berilah hidayah kepadaku, cukupilah aku, berilah rezeki kepadaku dan maafkanlah aku”Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda.“Artinya : Adapun rukuk maka agungkanlah Rabb-mu, sedangkan ketika sujud bersungguh-sungguhlah dalam berdo’a, niscaya segera dikabulkan untuk kalian” [Diriwayatkan oleh Muslim di dalam shahihnya]

Diriwayatkan pula oleh Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.“Artinya : Jarak paling dekat antara seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika sujud, maka perbanyaklah do’a (ketika itu)”

Di dalam Ash-Shahihian dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengajarkan tasyahud kepadanya berkata :“Kemudian hendaknya seseorang memilih permintaan yang dia kehendaki”Dalam lafazh yang lain.“Kemudian pilihlah do’a yang paling disukai lalu berdo’a”Hadits-hadits yang semakna dengan ini banyak. Hal ini menunjukkan disyariatkannya berdo’a dalam kondisi-kondisi tersebut dengan do’a yang disukai oleh seorang muslim, baik yang berhubungan dengan akhirat maupun yang berkaitan dengan kemaslahatan duniawiyah. Dengan syarat dalam do’anya tidak ada unsur dosa dan memutuskan silaturahim. Namun yang paling utama adalah memperbanyak do’a dengan do’a yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Juz Awwal, edisi Indonesia Fatawa bin Baaz, Penulis Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, terbitan At-Tibyan – Solo]

Tuesday, February 07, 2006

Faktor Penyebab Tidak Terkabulnya Doa

http://alsofwah.or.id/?pilih=lihatkisah&id=89

Dikisahkan bahwa suatu hari, Ibrahim bin Ad-ham RAH melintas di pasar Bashrah, lalu orang-orang berkumpul mengerumuninya seraya berkata, “Wahai Abu Ishaq, apa sebab kami selalu berdoa namun tidak pernah dikabulkan.?”

Ia menjawab, “Karena hati kalian telah mati oleh 10 hal:
Pertama, kalian mengenal Allah tetapi tidak menunaikan hak-Nya.
Ke-dua, kalian mengaku cinta Rasulullah SAW tetapi meninggalkan sunnahnya.
Ke-tiga, kalian membaca al-Qur’an tetapi tidak mengamalkannya.
Ke-empat, kalian memakan nikmat-nikmat Allah SWT tetapi tidak pernah pandai mensyukurinya.
Ke-lima, kalian mengatakan bahwa syaithan itu adalah musuh kalian tetapi tidak pernah berani menentangnya.
Ke-enam, kalian katakan bahwa surga itu adalah haq (benar adanya) tetapi tidak pernah beramal untuk menggapainya.
Ke-tujuh, kalian katakan bahwa neraka itu adalah haq (benar adanya) tetapi tidak mau lari darinya.
Ke-delapan, kalian katakan bahwa kematian itu adalah haq (benar adanya) tetapi tidak pernah menyiapkan diri untuknya.
Ke-sembilan, kalian bangun dari tidur lantas sibuk memperbincangkan aib orang lain tetapi lupa dengan aib sendiri.
Ke-sepuluh, kalian kubur orang-orang yang meninggal dunia di kalangan kalian tetapi tidak pernah mengambil pelajaran dari mereka.”

(SUMBER: Mi’ah Qishshah Wa Qishshah Fii Aniis ash-Shaalihiin Wa Samiir al-Muttaqiin karya Muhammad Amin al-Jundi, Juz.II, hal.94)

Wednesday, February 01, 2006

keren

bismillah...

kemarin diajak ke tempat wisata buatan (paradoks dari tempat wisata alam, yang sangat saya rindukan :)) paling terkenal se-singapura, gabung dengan 4 keluarga. dan 2 adik kecil. senang juga melihat 2 pasangan muda dan 2 keluarga kecil itu. subhanallah mereka keren sekali. dari sana dan menggabungkan dgn pengalaman mencari nafkah sekadarnya (hehe gaya sangat), saya melihat bukan hanya ibu saja yang bisa keren. bapak pun makhluk yang luar biasa keren... super keren sekali! kenapa kerennya? rahasia dong. biar kesan ini saya simpan sendiri dulu, dipetikayukan untuk sementara, mungkin hingga nanti :)